Select Menu

Random post

Animalia

Evolusi

Genetika

Pertumbuhan Tumbuhan

info

» » » » Puasa? Bermanfaat Sekali!

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" (Allah, Q.S. Al Baaqoroh: 183)
Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Allah swt. telah mewajibkannya kepada kaum yang beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad saw. Puasa merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat terdahulu. bentuk puasa yang telah dilakukan oleh umat terdahulu, yaitu:

Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Allah swt. telah mewajibkannya kepada kaum yang beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad saw. Puasa merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat terdahulu.


ada yang praktek puasa setiap hari dengan maksud menambah pahala. Ada juga Puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi. Kemudian Puasa bertapa, seperti puasa yang dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi. Dan puasa kaum-kaum lainnya yang mempunyai cara dan kriteria yang telah ditentukan oleh masing-masing kaum tersebut.
Sedang kewajiban puasa dalam Islam, orang akan tahu bahwa ia mempunyai aturan yang tengah-tengah yang berbeda dari puasa kaum sebelumnya baik dalam tata cara dan waktu pelaksanaan. Tidak terlalu ketat sehingga memberatkan kaum muslimin, juga tidak terlalu longgar sehingga mengabaikan aspek kejiwaan. Hal mana telah menunjukkan keluwesan Islam.

Secara etimologi, puasa berarti menahan, baik menahan makan, minum, bicara dan perbuatan. Sedangkan secara terminologi, puasa adalah menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa dengan disertai niat berpuasa. Sebagian ulama mendefinisikan, puasa adalah menahan nafsu dua anggota badan, perut dan alat kelamin sehari penuh, sejak terbitnya fajar kedua sampai terbenamnya matahari dengan memakai niat tertentu. Puasa Ramadhan wajib dilakukan, adakalanya karena telah melihat hitungan Sya’ban telah sempurna 30 hari penuh atau dengan melihat bulan pada malam tanggal 30 Sya’ban. Sesuai dengan hadits Nabi saw. “Berpuasalah dengan karena kamu telah melihat bulan (ru’yat), dan berbukalah dengan berdasar ru’yat pula. Jika bulan tertutup mendung, maka genapkanlah Sya’ban menjadi 30 hari.”

yang menjadi parameter antara sah atau rusaknya puasa seseorang.
Pertama, Nilai Formal yaitu yang berlaku dalam perspektif ini puasa hanya tinjau dari segi menahan lapar, haus dan birahi. Maka menurut nilai ini, seseorang telah dikatakan berpuasa apabila dia tidak makan, minum dan melakukan hubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Padahal Rasulullah SAW telah memberikan warning terhadap umat muslim melalui sebuah haditnya yang berbunyi :
“Banyak orang yang puasa mereka tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya rasa lapar dan haus saja”. H.R. bukhari.
Dari hadits tersebut kita dapat mengetahui bahwa hakekat atau esensi puasa tidak hanya menahan rasa lapar, haus dan gairah birahi saja, melainkan dalam puasa terkandung berbagai aturan, makna dan faedah yang mesti diikuti.
Kedua, Nilai Fungsional yaitu yang menjadi parameter sah atau rusaknya puasa seseorang ditinjau dari segi fungsinya. Adapun fungsinya yaitu untuk menjadikan manusia bertakwa (laa’lakum tattaqun). QS. Al-Baqarah 183
Kemudian menurut nilai ini, puasa seseorang sah dan tidak rusak apabila orang tesebut dapat mencapai kualitas ketakwaan terhadap Allah SWT.

Kadar takwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185 : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”. Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa diwajibkan di bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah mengisyaratkan hikmah puasa bulan Ramadhan, yaitu karena Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan yang diistimewakan Allah dengan dengan menurunkan mukjizat terbesar di dalamnya, yaitu al-Qur’an al-Karim yang akan menunjukan manusia ke jalan yang lurus. Ramadhan juga merupakan pengobat hati, rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan sebagai pembersih hati serta penenang jiwa-raga. Inilah nikmat terbesar dan teragung. Maka wajib bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan sore.

Puasa selain memiliki kebaikan dari sisi religious yang dapat meningkatkan keimanan kita terhadap Sang Maha Pencipta, ternyata juga memiliki kebaikan terhadap tubuh dari sisi medis. Puasa merupakan pengalaman multidimensional, secara fisiologis, yaitu dengan tidak makan pada siang hari meminimalkan kerja organ pencernaan termasuk perut, usus, kelenjar pankreas, kantong empedu & hati. Terutama pada hati yang berfungsi sebagai organ metabolisme, pada saat puasa hati menjadi memiliki waktu lebih untuk membersihkan tubuh, yang menjadi dasar dari proses detoksifikasi. Pembuluh darah & kelenjar getah bening pun dapat menjadi lebih sehat karena proses penghilangan toksin diperbesar dengan puasa. Sel-sel tubuh yang biasanya harus bekerja keras untuk memproses makanan pun dapat istirahat dan memperbaharui diri sehingga menjadi lebih sehat. Bahkan dengan berpuasa dapat memberikan manfaat bagi kulit menjadi terlihat lebih sehat.

Puasa meningkatkan proses eliminasi dan pengeluaran toksin dari usus besar, ginjal, saluran kencing, paru-paru, sinus dan kulit. Proses ini menyebabkan keluarnya produk buangan seperti lendir dari saluran pencernaan, saluran pernafasan, sinus atau dari air kencing. Hal ini membantu untuk membersihkan kotoran-kotoran yang telah terbentuk akibat pola makan yang berlebih ataupun gaya hidup yang tidak sehat. Kebanyakan penyakit akibat penuaan terjadi karena akibat ‘biochemical suffocation’ dimana sel tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen & nutrisi ataupun tidak dapat mengeluarkan produk buangannya dengan cukup. Puasa dapat menurunkan kadar produk buangan dalam tubuh karena memungkinkan sel-sel tubuh untuk menghilangkan & membersihkan kotoran-kotoran yang telah lama tersimpan dalam tubuh.

Tak ada keraguan sama sekali bahwa segala seruan yang diwajibkan Allah Swt pada hamba-hamba-Nya mengandung muatan manfaat yang berdampak pada peningkatan kualitas kehidupan secara menyeluruh selama dijalankan secara ikhlas dan sesuai tuntunan dan yang dibenarkan oleh Rasul Saw. Ibadah puasa Ramadhan yang kini tengah dijalankan oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia pun telah diakui memiliki manfaat yang bersifat multi dimensi.

Secara umum ada dua dimensi pokok manfaat puasa, yakni dimensi individual dan dimensi sosial.

Manfaat individual yang dapat dirasakan langsung oleh mereka yang tengah menjalankan puasa adalah menjadi sehat, lebih cerdas menjalani pasang-surut kehidupan, dan bertambah kualitas keimanannya. Sementara manfaat sosial yang merupakan efek lanjutan dan diraihnya manfaat individual adalah tumbuhnya kesadaran untuk menjadi solusi bagi berbagai permasalahan yang melibatkan sesama makhluk di sekitarnya.

Kaitan puasa dengan kesehatan ditegaskan Nabi Saw dalam hadits berikut :

“Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.” (HR Ibnu As-Sunni dan Abu Nu’aim dari Abu Hurairah, tergolong hadits hasan).

Selama 11 bulan, sistem pencernaan tubuh yang tergolong otonom (senantiasa bekerja meski tak ada impuls perintah dari otak) digenjot habis-habisan siang-malam bahkan saat kita tertidur. Adanya sekitar 14 jam setiap hari puasa yang vakum dari asupan makanan akan memberi waktu bagi tubuh untuk membuang sisa makanan yang telah lama mengendap, mengistirahatkan sistem pencernaan, dan membersihkan perut. Jadi hanya makanan baru yang diolah untuk memberi bahan bagi pertumbuhan sel-sel baru setiap harinya.

Pada aspek spiritual, puasa merupakan sarana pengendalian bagi emosi negative manusia sebagaimana diungkapkan pada hadits berikut :

“Puasa itu perisai, maka apabila seseorang kamu lagi berpuasa, janganlah membuat rafas, janganlah berlaku jahil. Dan jika ada seseorang memakinya, hendaklah ia berkata,” Sesungguhnya saya sedang berpuasa (dikatakan dua kali)…” (Fathul Bari IV : 83-84)

Menurut TM Hasbi Ash Shiddiqy (2000), perisai dalam hadits di atas memaknai puasa sebagai upaya memelihara diri dari segala kenikmatan syahwat, Adapun rafas ialah segala keinginan keji yang bermuara pada rangsangan seks, sementara jahil merupakan perilaku buruk yang diperlihatkan seseorang seperti berkata kasar atau tidak senonoh.

Kesabaran yang merupakan modal dasar pembentukan kecerdasan emosional ditempa secara terus menerus selama Ramadhan. Figur-figur muslim dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi merupakan asset dalam eksistensi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta ini.

Kesehatan jasmani dan kecerdasan emosional yang tinggi akan menuntun seseorang menjadi lebih dekat kepada Rabb hingga mampu menyelami sifat-sifat-Nya yang Maha Mulia termasuk sifat Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Pemahaman tersebut akan menuntun seorang hamba untuk mengaplikasikannya dalam interaksi sosial yang dilakoni dalam bentuk, misalnya, pemberian zakat – infaq – sedekah bagi kaum dhuafa atau donasi dalam bentuk pemikiran maupun kiprah-kiprah konstruktif lainnya bagi kemashlahatan


Disadur dari :
http://bambangriadi.com
http://lomba.kompasiana.com
http://www.healthy.net/scr

Photobucket

About Sultan Budi Lenggono

Budi Lenggono, S.Pd. sebagai admin blog ini adalah seorang guru Biologi di SMA Islam Terpadu (SMA IT) Nur Hidayah. Alamat di Jl. Pandawa 10 Pucangan, Kartasura, Sukoharjo. Selain itu, beliau juga seorang trainer dan hipnoterapis profesional (Certified Hypnoterapist; Master of Clinical Hypnotherapy). Web lainnya : www.sultanbudilenggono.com
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply