Select Menu

Random post

Animalia

Evolusi

Genetika

Pertumbuhan Tumbuhan

info

» » » » » Antibiotik Tidak Mempan, Bilamanakah?

Seandainya antibiotik sudah tidak mampu berperan lagi, penyakit infeksi bakteri tidak mudah disembuhkan, infeksi mudah menyebar kemana-mana. Fenomena ini dinamakan resistensi bakteri terhadap antibiotik, yaitu suatu sifat tidak terganggunya sel mikroba oleh antibiotik. Sifat ini bisa merupakan suatu mekanisme alamiah untuk tetap bertahan hidup. Timbulnya resistensi pada suatu strain mikroba terhadap suatu antibiotika terjadi berdasarkan salah satu atau lebih dari mekanisme berikut:


1. Mikroba mensintesis suatu emzim in-aktivator atau penghancur antibiotika
2. Mikroba mensintesis enzimbaru untuk menggantikan enzim inaktivator/penghancur antibiotika yang dihambat kerjanya
3. Mikroba meningkatkan sintesis metabolit yang bersifat antagonis-kompetitif terhadap antibiotika
4. Mikroba membentuk jalan metabolisme baru
5. Permeabilitas dinding atau membran sel mikroba menurun untuk antibiotika
6. Perubahan struktur atau komposisi ribosom sel mikroba

Bagaimana resistensi bakteri ini terjadi ?

Banyak faktor yang mendukung terjadinya resistensi, misalnya :

1. Peresepan antibiotik yang tidak rasional, tidak sesuai indikasi, atau terlalu berlebihan. Ingatlah dok, anda tahu tentang resiko resistensi lebih daripada pasien.
2. Tingkat kepatuhan pasien minum antibiotik. Dokter sering mewanti-wanti bahwa antibiotik harus dihabiskan sesuai waktu yang disarankan. Namun bila demam hilang, gejala lenyap, umumnya sisa antibiotik ditinggalkan begitu saja. Ketahuilah bila gejala hilang, bukan berarti bakteri sudah mati semua. Pemusnahan bakteri masih harus dilanjutkan hingga tuntas.
3. Orang tua anak juga berperan serta menambah resiko resistensi. Pertanyaan seperti ini bisa saja terjadi, “Anak saya enggak dikasih antibiotik? atau kalimat “Obat anak saya ada antibiotiknya kan?” menandakan para orang tua sudah sangat tergantung dengan antibiotik untuk kesembuhan anaknya. Desakan seperti ini jika tidak diimbangi dengan penjelasan dan tindakan yang baik dari sang dokter mampu menjadi penyebab konsumsi antibiotik yang berlebihan atau terus-menerus. Ingat, penyakit tidak selalu diakibatkan oleh infeksi bakteri, banyak pula penyakit yang disebabkan virus. Insya Allah dokter yang baik bisa membedakannya.
4. Datanglah ke apotek mana saja yang terdekat di kota anda. Coba minta beli amoksisilin. Mungkin hanya sedikit penjaga apotek (entah apoteker atau asistennya) yang menolak permintaan itu. Ada uang, ada antibiotik. Jelas-jelas di sana tertulis HANYA DENGAN RESEP DOKTER. Ini merupakan celah konsumsi antibiotik yang sangat besar, dan tentunya penggunaan antibiotik seperti ini tidak pada tempatnya.
5. Aturan baku tentang pelarangan apotek memberikan antibiotik tidak tegas. Berbeda dengan obat-obat yang dianggap menimbulkan bahaya langsung seperti narkotik. Namun bukankah bahaya jangka panjangnya sudah kita derita sekarang ?

Masalah resistensi adalah masalah bersama. Perlu kesediaan kita semua untuk merasa bertanggung jawab untuk mengatasi masalah ini. Beban ini hanya di pundak dokter ataupun pihak farmasi. Semua pihak wajib ikut serta.

Referensi: http://techniquestips.com/antibiotik/resistensi-bakteri-terhadap-antibiotik

Photobucket

About Sultan Budi Lenggono

Budi Lenggono, S.Pd. sebagai admin blog ini adalah seorang guru Biologi di SMA Islam Terpadu (SMA IT) Nur Hidayah. Alamat di Jl. Pandawa 10 Pucangan, Kartasura, Sukoharjo. Selain itu, beliau juga seorang trainer dan hipnoterapis profesional (Certified Hypnoterapist; Master of Clinical Hypnotherapy). Web lainnya : www.sultanbudilenggono.com
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply