Rabu,
29 Januari 2014 siswa kelas XII IPA 2 berbondong-bondong mendatangi
laboratorium kultur jaringan di Fakultas Pertanian UNS Surakarta. Dengan penuh
semangat dan sedikit penasaran, mereka antusias menyimak penjelasan bu DR. Ir.
Endang Yuniastuti, M.Si., pakar kultur jaringan. Sebelum melakukan teknik
kultur jaringan, mereka mendapatkan teori terlebih dahulu kemudian langsung
praktik membuat “media agar” dan menanam jaringan di ruang khusus. Rombongan
yang didampingi oleh guru biologi, Ustadz Budi Lenggono, S.Pd. dan Ustadzah
Kusumawardani, S.Pd. ini pun segera mengenakan jas putih (baca: jas praktikum)
dan mengikuti rangkaian praktikumnya.
Teknik kultur
jaringan adalah salah satu dari sekian ragam teknik bioteknologi modern yang
bertujuan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif (tanpa perkawinan), tanpa
biji. Teknik yang juga disebut mikropropagasi (micro: sangat kecil; propagation:
perbanyakan) tanaman ini dilandasi oleh prinsip totipotensi sel. Totipotensi
sel adalah kemampuan sebuah sel untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu
baru. Teknik kultur jaringan memang tidak umum dilakukan oleh orang kebanyakan.
Hal ini dikarenakan teknik ini membutuhkan banyak persyaratan, antara lain suhu
yang sesuai, aseptik (bebas kuman dan jamur), serta pengetahuan yang memadai.
Teknik kultur jaringan membuka peluang bagi siswa agar memiliki wawasan yang
luas di bidang biologi serta memiliki cakrawala baru tentang produksi tanaman
dalam skala besar namun dengan bahan mikro. Barangkali nanti beberapa di antara
mereka menjadi ahli di bidang ini atau menekuni bisnis terkait sehingga mampu
berpartisipasi dalam meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.
Kegiatan
praktikum ini dapat menepis anggapan bahwa siswa kelas XII harus lebih banyak
melakukan latihan soal dan belajar teori di kelas untuk mempersiapkan ujian
nasional. Justru dengan praktikum seperti ini, siswa mendapat pengalaman
belajar yang lebih dan mampu terstimulus untuk belajar lebih giat lagi.
Ketegangan dalam mempersiapkan UN yang tinggal 2,5 bulan lagi pun dapat terurai
dan tidak menjadi hambatan untuk mendapat inspirasi tambahan untuk masuk
perguruan tinggi di bidang pertanian.
Para siswa
merasakan emosi gugup sekaligus senang berbaur menjadi satu saat masuk di dalam
ruangan khusus penanaman mikropropagasi. Ruang ber-AC dan suasana aseptik
benar-benar sangat terasa. Bahkan, mereka telah menyiapkan masker agar
kontaminasi dapat diminimalisir nantinya. “Menanam di botol kaca dengan
persyaratan aseptik membuat aku agak grogi. Apalagi saat mengiris eksplan
dan menanamnya di botol kaca. Tapi, aku merasa senang, bisa dapat pengalaman
tak terlupakan”, komentar Aribah Nauf Taqqiyah, siswa kelas XII A 2 yang
berkeinginan masuk IPB di jurusan kehutanan ini.
Tidak ada komentar