"Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk." (QS Yaasiin: 78-79)
Saat kita meninggal dunia dan dikuburkan, maka beberapa waktu lamanya jasad kita akan menjadi tulang-belulang. Kemudian setelah beberapa tahun, tulang-belulang itu pun akan hancur dan berubah menjadi semacam biji. Dan di dalam biji tersebut kita akan menemukan satu tulang yang sangat kecil. Tulang itu disebut 'ajbudz dzanab atau tail-bone (tulang ekor).
Dan dari tulang inilah kita akan kembali dibangkitkan.
"Tidak ada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari Kiamat." (Al-Bukhari: 4935)
Dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah shallallhu alaihi wa salaam bersabda, "Seluruh bagian tubuh anak Adam akan (hancur) dimakan tanah kecuali tulang ekor ('ajbudz dzanab), darinya tubuh diciptakan dan dengannya dirakit kembali." (Muslim: 2955)
Belasan
abad lamanya, hadits tersebut menjadi hal yang tidak mungkin bisa
dijelaskan dengan logika. Seiring berjalannya waktu beberapa penelitian ilmiah
mampu menjelaskan kebenaran hadits tersebut dikemudian hari. Seiring kemajuan teknologi, fungsi organ tersebut
kian terkuak: tulang ekor menyangga tulang-tulang di sekitar panggul dan
merupakan titik pertemuan dari beberapa otot kecil. Tanpa tulang ini, manusia
tidak akan bisa duduk nyaman.
Seorang ilmuwan Jerman, Han Spemann, berhasil mendapatkan hadiah nobel bidang kedokteran tahun 1935. Dalam penelitiannya ia dapat membuktikan bahwa asal mula kehidupan adalah tulang ekor. Darinyalah makhluk hidup bermula.
Dalam penelitiannya ia memotong tulang ekor dari
sejumlah hewan melata, lalu mengimplantasikan ke dalam embrio organizer atau
pengorganisir pertama. Saat sperma membuahi ovum, maka
pembentukan janin dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah
menjadi dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah embryonic disk
(lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan. Lapisan pertama, external epiblast yang terdiri
dari cytotrophoblasts, berfungsi untuk menyuplai makanan embrio pada dinding uterus,
dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus. Sedangkan lapisan kedua, internal hypoblast yang
telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya. Pada hari ke-15, lapisan
sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang
disebut primitive node (gumpalan sederhana).
Dari sinilah kemudian beberapa unsur dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm, dan endoderm terbentuk. Ectoderm, membentuk kulit dan sistem syaraf pusat. Mesoderm, membentuk otot halus sistim digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, sistem limpa dan kulit luar. Sedangkan, endoderm, membentuk lapisan pada sistim digestive, sistem pernafasan, organ-organ yang berhubungan dengan sistem digestive (seperti hati dan pancreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran. Gumpalan sederhana inilah yang mereka sebut sebagai, tulang ekor.
Pada penelitian lain, Han mencoba menghancurkan tulang ekor tersebut. Ia menumbuknya dan merebusnya dengan suhu panas yang tinggi dan dalam waktu yang lama. Setelah menjadi serpihan halus, ia mencoba mengimplantasikan bubuk tulang itu pada janin lain yang masih dalam tahap permulaan embrio. Hasilnya, tulang ekor itu tetap tumbuh dan membentuk janin sekunder pada guest body (organ tamu). Meskipun telah ditumbuk dan dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak "hancur".
Dr. Othman al-Djilani dan Syaikh Abdul
Majid juga
melakukan penelitian serupa. Pada Ramadhan 1423 H, mereka berdua
memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selama sepuluh menit. Tulang
pun berubah menjadi hitam pekat. Kemudian keduanya membawa tulang itu ke
al-Olaki
Laboratory, Sana’a, Yaman, untuk dianalisis. Setelah diteliti oleh Dr.
al-Olaki, profesor bidang histology dan pathologi di Sana’a University,
ditemukanlah bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh.
Bahkan
sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama!
Dari sinilah, balasan pada hari kiamat kelak tidak akan pernah tertukar. Dari tulang ekor inilah, manusia akan kembali dicipta, dan mereka akan diberi balasan sesuai dengan kadar amal-amal mereka.
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pada kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk." (QS. Yaassin: 77-79)
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (Fushshilat: 53)
Maha besar Allah dengan segala Kekuasaannya
Ref:
http://ujungkelingking.blogspot.com/2012/10/misteri-tulang-ekor.html
Tidak ada komentar