Pada hari Rabu, 24 Januari 2017 siswa
kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2 SMA IT Nur Hidayah Sukoharjo mengadakan kegiatan outing
class yang berlokasi di Museum Manusia Purba, Sangiran, Sragen, Jawa
Tengah. Adapun kelas XII IPA 3 dan XII IPA 4 pada hari Kamis, 25 Februari 2017
juga melakukan kegiatan serupa. Di situs tersebut, siswa kelas XII IPA
mempelajari materi evolusi sebagai salah satu bab yang dipelajari pada mata
pelajaran Biologi. Sebagai bentuk pengalaman belajar bagi siswa, mata pelajaran
yang diampu oleh Budi Lenggono, S.Pd. ini memilih lokasi Balai Pelestarian
Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran bukan tanpa suatu alasan. Selain Sangiran
sebagai sebuah situs yang diakui sebagai Warisan Budaya Dunia dari UNESCO yang
berlevel internasional, tempat ini juga merupakan tempat yang memiliki kearifan
lokal yang patut untuk dijadikan sebagai sumber belajar. Sehubungan dengan itu,
SMA IT Nur Hidayah yang juga berlokasi di Jawa Tengah mengunjungi tempat yang
menyimpan banyak fosil dan misteri kehidupan makhluk hidup masa lampau ini.
Rombongan Siswa kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2
mengunjungi kotak ekskavasi fosil di klaster Manyarejo, Museum Sangiran
Rombongan
Siswa Kelas XII IPA 3 dan XII IPA 4 melakukan observasi di klaster Bukuran, Museum
Sangiran
Siswa kelas XII IPA yang berjumlah 97
anak ini, mengikuti beberapa tahap kegiatan outing class yang meliputi
menyaksikan video evolusi, mengikuti penjelasan guide di setiap display,
hingga observasi lapangan di lokasi persawahan warga yang banyak ditemukan
fosil. Tidak hanya itu, kegiatan disambung dengan observasi di museum klaster
Bukuran dan Manyarejo. Beberapa guru yang turut hadir mendampingi kegiatan ini
antara lain Muhammad Mulyono, S.Pd., Dewi Rahmawati, SPd., Ninik Andriyani,
S.Si., serta Faisal Imam Prasetyo, SPd selaku koordinator kegiatan ini
sekaligus anggota MGMP Biologi. Rombongan tiba di lokasi BPSMP Sangiran pada
pukul 09.00 WIB dan mengakhiri kegiatan pada pukul 15.00 WIB.
Situs Sangiran yang dikunjungi
dalam outing class ini telah mulai dirintis tahun 1893, ketika untuk
pertama kalinya situs ini didatangi peneliti asing Eugene Dubois. Pada tahun
1932 LJC van Es melakukan pemetaan secara geologis di Sangiran dan sekitarnya.
Peta inilah yang kemudian digunakan oleh GHR von Koenigswald pada tahun 1934
untuk melakukan survei eksploratif dengan temuan beberapa artefak prasejarah.
Fosil-fosil hominid mulai ditemukan pada tahun 1936 hingga tahun 1941 oleh
Koenigswald dan masyarakat setempat, beberapa di antaranya yaitu fosil Homo
erectus, Megantropus palaeojavanicus, fosil gajah purba, kerbau purba, dan batu
pipih. Adapun saat observasi lapisan tanah Sangiran, siswa kelas XII IPA mempelajari
stratifikasi tanah purba yang nampak jelas ditemukan di persawahan dekat
museum. Saat itu pula, rombongan berjumpa dengan salah seorang penemu fosil,
bernama Mbah Karsono. Menurut keterangan pihak guide, beliau merupakan salah
satu warga setempat yang pernah mendampingi von Konigswald pada saat itu dalam
penelitian fosil. Mbah Karsono juga termasuk salah seorang warga Sangiran yang
rajin menyerahkan artefak dan fosil yang ditemukannya ke museum dan pernah
mendapat beberapa sertifikat penghargaan dari pemerintah pusat.
Kegiatan studi temuan evolusi ini
diharapkan memberikan informasi yang cukup bagi siswa kelas XII IPA sehingga
memiliki gambaran yang lebih lengkap mengenai kehidupan prasejarah utamanya teori
evolusi Darwin yang beranggapan manusia merupakan hasil evolusi manusia.
Melalui kegiatan ini pula, siswa diharapkan mampu menangkap informasi bahwa missing
link yang telah diakui Darwin terbukti menjadi sanggahan tersendiri bahwa
antara Homo erectus dan manusia purba Cro-magnon dan Homo
sapiens terdapat perbedaan yang signifikan baik dari morfologi, volume
otak, dan budaya. Siswa diharapkan juga menjadi mengerti perbedaan
spesies-spesies tersebut jika dibandingkan lagi dengan keterangan beberapa
ulama tentang ciri fisik Nabi Adam AS dan waktu turunnya ke bumi. Renungan dan
kajian ilmiah mendalam mengenai hal ini pun timbul dan iklim pembelajaran yang
kritis dan kontruktif dapat dialami oleh peserta didik.
Tidak ada komentar