Pada hari kamis, 11 Desember 2008, saya pergi lagi ke Semarang. Ini kedua kalinya saya ke Semarang dalam pekan ini. Tapi, kunjungan saya ke ibukota provinsi Jateng ini dengan tujuan berbeda dari sebelumnya. Tujuannya adalah memproses pencairan dana Rp15.000.000 (lima belas juta rupiah) di dinas Pendidikan Pemprov Jateng untuk lembaga peduli remaja PIONER Sukoharjo.
Saya berangkat dari SMAIT Nur Hidayah Kartasura bersama Pak Sekjen PIONER pusat, Mas Zaenal kira-kira pukul 08.30. Seperti dugan kami, waktu perjalanan Solo-Semarang hampir sekitar 2 jam tanpa istirahat panjang. Kami tiba di kantor dinas pendidikan pukul 10.30. Celakanya, Bu I, yang hendak kami temui sedang perjalanan dinas ke Klaten. Astaghfirullaah! Kontan kami kecewa berat. Jauh-jauh dari Solo gitu low. Tapi, baiknya kami bertemu Bu Y dan Bu T yang bisa dititipi berkas-berkas. Ternyata, masalah yang kedua datang. Pikir saya, memang seperti ini birokrasi pemerintah, ada aja yang gak lancar prosesnya. Masalahnya adalah masih ada satu syarat yang harus dipenuhi, yakni surat rekomendasi dari dinas pendidikan kabupaten sukoharjo. Padahal, Bu I, yang sebelumnya telah kami temui di Klaten pada hari Sabtu (6/12) tidak mencantumkan berkas kekurangan tersebut. Eualah.
Saya lantas mengontak Bu I yang sedang berada di Klaten saat itu. Saya komplain, mengapa beliau tidk menyampaikan kekurangan berkas itu pada saat kami ketemu di Klaten Sabtu kemarin. Dialog pun terjadi dan berbelit. Tidak ada solusi, kecuali saya harus segera melengkapi berkas secepatnya.
Kami pun berpamitan pada Bu Y dan Bu T yang berkenan kami titipi berkas, lalu mampir ke tempat kerja Mas Tito, teman seperjuangan kami, di Kantor Kecamatan Gayamsari Semarang. Beliau bekerja di proyek pemerintah dalam penanganan daerah pascagempa. Kami bercerita mengenai berbagai hal termasuk proses pencairan dana pemerintah yang kami tempuh. Alhamdulillah, Mas Tito, sang sarjana teknik, berkenan membantu apabila ingin menitipkan berkas yang akan dilengkapkan. Karena, berkas yang dikirim lewat POS bisa jadi tidak tertangani dengan baik oleh pihak dinas sehingga berkas sebaiknya diantar langsung ke staf yang menanganinya, yakni Bu I.
Setelah kami puas bernostalgia dengan Mas Tito, kami pun bergegas pulang ke Solo. Payahnya lagi, sang sopir (baca: Mas Zaenal) perlu meminum suplemen jamu anti masuk angin. Artinya, beliau nampaknya sudah tidak kuasa mengendarai saat itu. Saya pun turun tangan menggantikan posisinya sebagai sopir. Saya melaju cukup kencang sebab kalau pelan-pelan bisa ngantuk dan nggelewar (baca: berbelok tanpa arah). Hal ini mnyebabkan Mas Zae terkaget-kaget. Tapi ini justru menguntungkan. Mas Zae yang tadinya ngantuk habis minum jamu, jadi mulai tersadar. Apalagi ketika kami hampir berciuman dengan mobil kijang warna hitam. Hehehe. Namun demikian, kondisi Mas Zae tampaknya tak tertolong lagi. Kami mampir di sebuah POM Bensin di Salatiga. Mas Zae membaringkan tubuh sekitar 10 menit. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini, mas Zae yang nyopir. Sepertinya, beliau harus nyopir untuk menghilangkan rasa kantuknya.
Perjalanan pun kami lanjutkan. Kami tiba di Kartasura pukul setengah empat sore lebih. Kami berbaring sejenak di masjid Asy Syaikhoh Ummu Abdullah, masjid SMAIT Nur Hidayah Kartasura. Kami berharap, kunjungan ke Semarang cukup berarti dan bisa diambil hikmahnya. Pembaca juga boleh mengambil hikmahnya.
Random post
Animalia
Evolusi
Genetika
Pertumbuhan Tumbuhan
info
Tagged with: Peristiwa
About Sultan Budi Lenggono
Budi Lenggono, S.Pd. sebagai admin blog ini adalah seorang guru Biologi di SMA Islam Terpadu (SMA IT) Nur Hidayah. Alamat di Jl. Pandawa 10 Pucangan, Kartasura, Sukoharjo. Selain itu, beliau juga seorang trainer dan hipnoterapis profesional (Certified Hypnoterapist; Master of Clinical Hypnotherapy). Web lainnya : www.sultanbudilenggono.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar