Ke Semarang, Perjalanan Takziah Saya

Pada hari ini, Selasa tepatnya tanggal 11 Dzulhijjah 1429H, 9 Desember 2008, Saya urung mendampingi anak-anak SMAIT Nur Hidayah dalam penyelenggaraan penyembelihan kurban. Pasalnya dini hari tadi, sekitar pukul 04.30, pakdhe saya yang di Semarang pulang ke rahmatullaah dengan tenang. Saya Sempat mampir dan calling beberapa sanak saudara yang tersebar di sekitar kota Solo untuk berangkat ke Semarang hari ini juga.
Walapun akhirnya, kami berangkat sendiri-sendiri dari tempat pemberangkatan yang berbeda. Saya sendiri berangkat dari Ngenden bersama Paklik saya. Sebelumnya, kira-kira pukul 09.30 saya menyempatkan diri ke sekolah untuk melihat keadaan penyelenggaraan penyembelihan kurban di sana. Hal ini perlu saya lakukan karena sambil menunggu partner saya ke Semarang yang sedang menyelesaikan sesuatu di tempat kerjanya. Pukul 10.00 pun tiba dan kami menitipkan sepeda motor di sekolah. Azam pun terlibat dalam pengantaran kami ke sebuah tempat penyegatan bus di barat SMP 3 Kartasura.

Saya dan paklik tiba di Banyumanik sekitar pukul 13.00. Kami kerepotan mencari arah karena tak seorangpun dari kami berdua mengingat lokasi yang akan kami tuju. Maklum Sudah bertahun-tahun Paklik tidak ke sana. Apalagi saya. Saya terakhir ke rumah almarhum pakdhe saat saya masih kelas 1 SMP.

Lantas, saya mencari petunjuk. Saya masih berkontak ria dengan sepupu saya, seorang prajurit TNI yang sedang berada di asrama TNI khusus pasukan infantri. Beliau yang hafal ancer-ancer rumah alm. pkdhe saya itu. Akhirnya, saya ikuti petunjuk sepupu saya itu walaupun kami sempat terganggu oleh sinyal yang temangsang di daon. Saya naik bus jurusan terminal Terbaya, lalu kami turun dekat RS Elizabeth dan ganti naik taksi dengan ongkos 20.000 perak buat kami berdua. Kami pun berbelok dari ancer-ancer terakhir, yaitu RM Adem Ayem. Kami pun diantar taksi sampai dekat rumah duka.

Sesampainya di sana kami langsung ikut larut dalam suasana duka. Kami ikuti pula upacara pemakaman hingga selesai. Sayang, kami tidak bisa berlama-lama di sana karena banyak tamu dan acara lain juga sudah menunggu. Kami pun sejenak beristirahat dan pamit pulang. Saat pulang kami bertambah satu orang. Beliau adalah paklik saya yang satunya. Kami bertiga diantar Mas Fajar, anak bungsu alm pakde saya bersama dua orang temannya. Setiap orang dari kami mendapat boncengan motor untuk diantar sampai tempat penyegatan bus jurusan Solo. Kami pun berhasil menjumpai bus patas yang ternyata tidak bisa berjalan cepat karena bermasalah dengan porsnelingnya.

Perjalanan saya pun selesai. Saya tiba di Solo, tepatnya di tugu pertigaan Kartasura pada pukul 17.00. Mas Abi yang saya harapkan bisa menjemput tak kunjung tiba. Hal ini sebenarnya sudah saya rencanakan agar Mas Abi mengontak saya pada pukul 16.00. Akan tetapi, lagi-lagi ada troubel dari sinyal atau apalah saya kurang tahu, dari operator selluler lokal yang kata orang-orang kerap kali bermasalah itu. Maklum masih dalam combo-an. Apa boleh buat, saya pun meminta paklik saya untuk menunggu sedangkan saya berjalan menuju SMAIT Nur Hidayah untuk mengambil motor. Di sana, saya jumpai mas Abi sedang berupaya mengontak saya dengan berada di depan telepon kantor. Kami pun sempat klarifikasi atas misscommnunication yang terjadi. Lalu, persoalan pun selesai. Saya jemput paklik saya yang menunggu di pertigaan kartasura. Sampai di SMAIT NH, paklik bergegas mengambil motornya dan langsung pulang. Sedangkan saya masih nyantai di sekolah sambil makan nasi karena seharian belum makan, kecuali sepiring mie instan dengan sebutir telur. Usai sudah cerita perjalanan takziah saya hari ini. Kuharap saya bisa mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang saya lalui tersebut. Mungkin Anda demikian juga. Semoga Allah memberi kita keselamatan.