Select Menu

Random post

Animalia

Evolusi

Genetika

Pertumbuhan Tumbuhan

info

» » Peran Guru dalam Mencerdaskan Bangsa

Oleh: Budi Lenggono, S.Pd., MCH., CHt.

Alhamdulillah, guru telah diperhatikan keberadaanya. Terbukti, di Indonesia setiap tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru Indonesia. Selain itu, masih ada bentuk perhatian pemerintah dan masyarakat untuk guru Indonesia. Tapi di sini penulis akan membahas mengenai peran guru dalam mencerdaskan bangsa.


Bagaimana peran guru dalam mencerdaskan bangsa?

Guru, siapakah guru? Guru yang kita maksud di sini adalah orang yang menyampaikan suatu ilmu kepada orang lain entah bagaimana caranya ia menyampaikannya. Entah melalui lembaga formal semisal SMAIT, ataupun bukan. Bahkan, nenek atau kakek kita masing-masing bisa kita sebut sebagai guru bagi kita (yang didiknya tentu saja). Namun, di sini kita akan lebih banyak memfokuskan kepada guru yang formal dan informal dengan tanpa mengurangi rasa hormat kepada orang yang juga pantas disebut sebagai guru.

Guru adalah tonggak pertama dalam suatu bangunan peradaban bangsa. Tentu saja, hal ini diiyakan oleh kebanyakan orang. Siapa sih yang nggak setuju dengan hal ini. Coba lihat beberapa profesi orang-orang di sekitar kita? Dokter, insinyur, tentara, pilot, dan presiden misalnya. Mereka bisa berprofesi seperti itu lantaran melalui proses pendidikan, di mana di balik pendidikan itu “ada” guru. Walaupun sekarang seseorang bersekolah tidak harus secara formal karena telah ada sekolah informal dan home schooling. Namun, tetap saja kegiatan tersebut membutuhkan guru.

"Peran guru dalam mencerdaskan bangsa sangatlah penting"

Peran guru dalam mencerdaskan bangsa sangatlah penting. Hal di atas menunjukkan bahwa guru mengambil peran yang cukup besar dalam mencetak para intelektual, pejabat, dan praktisi. Lalu, untuk mewujudkannya diperlukan langkah pencerdasan kepada para calon pengemban amanah dan para calon profesional seperti dicontohkan tadi. Langkah pencerdasan ini tentu saja tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak terutama penyelenggara negara. Untung saja, para founding fathers kita dengan mantap dan lantang mencantumkan salah satu tujuan negara (baca: mencerdaskan kehidupan bangsa) ini dalam pembukaan Undang-undang dasar negara ini, berikut bunyinya: “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial … “. Nah, dengan begitu pemerintah memiliki amanah dari konstitusi negeri ini untuk mewujdkan tujuan mulia ini.

Untuk itu, guru menjadi pelaku di lapangan dari semua kebijakan dan kebijaksanaan pemerintah terkait dengan upaya mencerdaskan bangsa. Sekali lagi, peran guru dalam mencerdaskan bangsa di sini sangatlah penting. Betapa tidak? Guru merupakan tangan panjang pemerintah secara tidak langsung. Guru berfungsi sebagai pendidik yang bertemu dengan subjek belajar secara langsung, bukan pemerintah. Lah iya lah, masak pemerintah ikut mengajar di sekolah-sekolah, kan ada pembagian tugas antar berbagai pihak, tentu saja. Guru bertatap muka dengan mereka sehingga terlibat dalam pembentukan karakter mereka dan menjadi fasilitator bagi mereka untuk bertambah wawasan. Selain itu, juga diharapkan mereka dapat berubah sikap, cara pandang, dan perbuatannya setelah belajar bersama guru.

Oleh karena kedekatan lapangan inilah, peran guru harus diperhatikan. Dalam mencerdaskan bangsa, guru juga harus punya bekal yang cukup. Bekal ini saya kategorikan menjadi 3 hal, yakni ilmu, karakter yang baik, dan ketrampilan mengajar.

1. Seorang guru hendaknya memiliki ilmu, sebab tanpa ilmu seseorang tidak mampu menyampaikan suatu pengetahuan, kecuali asal berbicara. Untuk itu, guru harus menuntut ilmu terlebih dahulu atau setidaknya dia memiliki pengetahuan tertentu. Misalnya, seorang veteran pejuang 45 yang masih hidup dapat menjadi sumber ilmu bagi seseorang. Oleh karena itu, beliau juga dapat disebut sebagai guru. Misalnya lagi, seorang guru biologi, ia harus belajar biologi dulu di sebuah universitas sehingga memiliki ilmu tentang biologi dan secara formal ia harus memiliki gelar akademik.

2. Seorang guru harus memiliki tabiat atau karakter yang baik. Ingat ungkapan, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Artinya, semakin parah kelakuan guru, muridnya pasti akan lebih parah darinya. Yang kita harapkan adalah semakin baik perilaku gurunya, semakin lebih berkualitas lagi perilaku muridnya.

3. Seorang guru hendaknya memiliki ketrampilan mengajar, sebab kalau tidak bagaimana mungkin ia bisa mentransfer ilmunya dengan baik. Bagaimana mungkin seorang guru mengajar dalam keadaan_maaf_gagap, cemas, atau kurang percaya diri. Bisa jadi muridnya akan mengabaikan, bahkan meremehkannya.

Dengan bekal tersebut, guru akan terlibat dengan cukup baik dan bermakna. Guru akan menjadi penyentuh tombol pertama untuk mengubah paradigma dan perilaku bangsa melalui akar masyarakat, yakni para anak bangsa, sang pewaris!

Lalu, sudah adakah guru-guru yang memiliki bekal semacam itu. Tentu saja ada. Banyak kok. Namun, tentu ada dari sekian banyak guru masih saja ada yang menyimpang. Bukan berarti karena penyimpangan itu, kita menggeneralisasikan bahwa semua guru adalah tidak baik. Nah, untuk itu negara ini membutuhkan guru yang profesional yang setidaknya memiliki ketiga bekal tadi, sehingga pemerintah dan pihak swasta perlu mengatur siapa saja yang layak menjadi guru. Dalam lembaga formal dan informal, guru mandapatkan gaji sesuai kapasitas dan keprofesionalannya, serta menurut kemampuan pihak yayasan (bagi swasta).. hehehe… Maklum penulis juga guru swasta. Dengan begitu, ada jaminan kualitas SDM guru bagi para siswa dan masyarakat demi terwujudnya kecerdasan bangsa.

Mungkin SDM guru harus terjamin kualitasnya. Tapi, bagaimana dengan kesejateraan guru yang tela berkualitas, apakah dijamin? Siapa yang menjaminnya. Ada dua hal mengenai ini, pemerintah/swasta mampu yang menjamin kesejahteraan guru berkualitas atau pemerintah salah sasaran dalam memberikan kesejahteraan karena yang dijamin kesejateraannya adalah guru yang belum berkualitas. Kemudahan dan kepermudahan untuk mengakses kesejaterahan itulah yang kini meracuni pikiran para guru dan calon guru sehingga tujuan mulianya menjadi luntur dan ternodai.


Kenapa saya mau menjadi guru?

Tanpa kebetulan, terus terang. Sejak lulus SMA, saya bercita-cita untuk masuk ke universitas keguruan. Sebut saja, UNS tepatnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan MIPA. Program Matematika dan Program Biologi adalah program yang saya lamar melalui ujian SPMB kala itu. Kerangka berpikir saat itu adalah mengenai lapangan kerja di masa mendatang yang paling luas adalah guru, begitu kata keluarga saya dan kebanyakan orang. Memang waktu itu, belum terbersit tujuan mulia ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’. Namun seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya saya lulus menjadi Sarjana Pendidikan Biologi dan mencoba melamar menjadi guru honorer, tapi belum berhasil. Akhirnya, saya wajib mengurungkan niat karena tidak mungkin harus menganggur untuk sekian lama. Lalu, saya pun menjadi seorang editor buku di sebuah perusahaan penerbitan buku di Solo. Tapi, tetap saja kerangka berpikir saya melalui alam bawah sadar mengarahkan saya untuk berorientasi menjadi guru. Saya pun akhirnya melepaskan pekerjaan tersebut, dan melamar di sebuah sekolah menengah atas islam terpadu, sekolah swasta yang baru berdiri kala itu. Diterimalah saya di situ dan saya menjadi guru. Sejak saat itu, niat mulai tersusun perlahan-lahan untuk menjadi guru yang sebenar-benarnya, dengan arti bahwa dalam benak berpikir “perlu ada perbaikan bangsa melalui pendidikan”. Sehingga muncul semboyan diri:
Kalau ada 1000 orang guru yang berniat mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, saya ada di antara mereka.
Kalau ada 100 orang guru yang berniat dan berusaha untuk membentuk karakter bangsa yang beradab, saya ada di antara mereka.
Kalau ada 10 orang guru yang berbuat tulus untuk mendidik siswanya agar menjadi lebih baik, saya pun ada di antara mereka.
Dan, kalau hanya ada 1 orang yang mau bersungguh-sungguh untuk mengabdi kepada bangsa ini melalui pendidikan, sayalah orangnya.


Lebih dari itu, sebenarnya menjadi guru merupakan tugas mulia di sisi Alloh. Selain mendapatkan kemuliaan di dunia, juga akan mendapatkan kemuliaan di surga. Sebab, seorang guru yang berhasil menjadikan anak didiknya bisa melakukan apa yang dia ajarkan maka saat anak-anak didik itu melakukan kebaikan dengan ilmu yang diajarkan, saat itu pula pahala akan mengalir untuk sang guru tanpa haru mengurangi pahala sang murid atau mantan murid. Dan hebatnya lagi, kalau ilmu itu diajarkan kepada orang lain dan diamalkan untuk kebaikan, bertambah lagilah pahala sang guru. (inspirasi dari manusia teladan, Nabi Muhammad SAW)


Baiklah, sobat biomania... Kita sekarang tentu menjadi makin sepakat bahwa peran guru dalam mencerdaskan bangsa sangatlah penting. So, mari dukung guru-guru kita!

Photobucket

About Sultan Budi Lenggono

Budi Lenggono, S.Pd. sebagai admin blog ini adalah seorang guru Biologi di SMA Islam Terpadu (SMA IT) Nur Hidayah. Alamat di Jl. Pandawa 10 Pucangan, Kartasura, Sukoharjo. Selain itu, beliau juga seorang trainer dan hipnoterapis profesional (Certified Hypnoterapist; Master of Clinical Hypnotherapy). Web lainnya : www.sultanbudilenggono.com
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

3 comments

  1. karena dengan mengajarkan sesuatu, kita akan lebih memahami suatu ilmu....:thumbup

    BalasHapus
  2. Ass. Saya tak akan membiarkan Ustadz Budi Lenggono mengatakan "kalau hanya ada 1 orang yang mau bersungguh-sungguh untuk mengabdi kepada bangsa ini melalui pendidikan, sayalah orangnya." Karena insya Alloh keadaan itu akan saya cegah dengan hadirnya saya sebagai partner terakhir yang siap berjibaku untuk bangsa lewat pendidikan. Memperbaiki diri sendiri, sembari memperbaiki generasi bangsa, demi masa depan bangsa. :-)

    BalasHapus
  3. @Rosnendya:
    Wah klo ada satu ya saya mas, klo ada dua ya saya sama penjenengan... :)
    @Ronear :
    se7

    BalasHapus