Selalu ada beda. Bagaimanapun juga Allah menciptakan manusia berbeda satu dengan yang lain. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Tapi kenapa yang miskin tidak atau sulit menjadi kaya? Mental manusia memang perlu dirujukkan kepada Islam. Seseorang hendaknya memiliki jiwa yang tangguh, sanggup untuk mengentaskan kemiskinannya sendiri. Apalagi kemiskinannya itu adalah miskin ketangguhan.
Yup, di negeri kita masih ada orang yang butuh bantuan materi. Artinya, banyak orang miskin di sana-sini. Hal ini pun sebenarnya wajar. Namun, bisa menjadi tak wajar apabila kemiskinan adalah profesi atau sesuatu yang harus dipelihara. Sebab, selalu ada harapan untuk memperoleh jatah zakat dan jatah daging kurban di setiap hari Ied. Ups, tentunya prinsip ini hanya dimiliki oleh orang miskin yang bener-bener miskin ilmu Islam. Belum lagi, adanya masalah ngetren tentang ekernya orang miskin entah karena tersulut keadaan atau provokator sehingga ada kasus ricuh saat pembagian zakat maupun daging kurban. Nampaknya, dalam kasus tersebut menunjukkan bahwa telah muncul bibit permusuhan di kalangan orang miskin. Sungguh memilukan. Apakah keadaan seperti ini tidak membuat hati kita tersentuh?
Sudah saatnya, kemiskinan dientaskan. Tapi kenapa saja hal ini masih menjadi cita-cita klasik di mana pemerintah selalu mencanangkannya dalam setiap programnya tapi blum juga kelihatan hasilnya? Andaikan para pemimpin kita mengambil contoh dari para pemimpin Islam apa zaman Rasulullah atau beberapa abad sesudahnya. Mereka selalu berada pada posisi sebagai pelayan rakyatnya. Bahkan tercipta sebuah kesan bahwa pemimpin lebih tidak sejahtera dibanding rakyatnya karena sejahteranya pemimpin berada di garis paling belakang setelah rakyatnya.
Masih Ada Mustahik
Tidak ada komentar